Sejarah Perkembangan Angka di Dunia
Hampir tak ada negara di dunia yang
tak mengenal angka (bilangan). Semuanya mengenal angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, dan 0. Angka-angka itu menjadi roh dalam ilmu matematika. Sulit dibayangkan,
andai tak ditemukan angka-angka tersebut.
Dalam berbagai literatur yang ada,
tak disebutkan siapa orang yang pertama kali menemukan angka-angka atau
bilangan tersebut. Yang pasti, menurut Abah Salma Alif Sampayya, dalam bukunya
Keseimbangan Matematika dalam Alquran , catatan angka pertama kali ditemukan pada
selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal di daerah Mesopotamia
sekitar tahun 3.000 SM.
Bangsa Mesir kuno menulis angka pada
daun lontar dengan tulisan hieroglif yang dilambangkan dengan garis lurus untuk
satuan, lengkungan ke atas untuk puluhan, lengkungan setengah lingkaran
menyamping (seperti obat nyamuk) untuk ratusan, dan untuk jutaan dilambangkan
dengan simbol seorang laki-laki yang menaikkan tangan. Sistem ini kemudian
dikembangkan oleh bangsa Mesir menjadi sistem hieratik.
Bangsa Roma menggunakan tujuh tanda
untuk mewakili angka, yaitu I, V, X, L, C, D, dan M, yang dikenal dengan angka
Romawi. Angka ini digunakan di seluruh Eropa hingga abad pertengahan.Sementara
itu, angka modern saat ini, berasal dari simbol yang digunakan oleh para ahli
matematika Hindu India sekitar tahun 200 SM, yang kemudian dikembangkan oleh
orang Arab.
Dibandingkan dari seluruh angka yang ada (1-9), angka 0 (nol) merupakan angka
yang paling terakhir kemunculannya. Bahkan, angka nol pernah ditolak
keberadaannya oleh kalangan gereja Kristen. Orang yang paling berjasa
memperkenalkan angka nol di dunia ini adalah al-Khawarizmi, seorang ilmuwan
Muslim terkenal. Dia memperkenalkan angka nol melalui karyanya yang monumental
Al-Jabr wa al-Muqbala atau yang lebih dikenal dengan nama Aljabar . Angka nol
ini kemudian dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonacci dalam karyanya Liber Abaci
, dan semakin dikenal luas pada zaman Renaisance dengan tokoh-tokohnya, antara
lain, Leonardo da Vinci dan Rene Descartes.
Pada mulanya, angka nol digambarkan
sebagai ruang kosong tanpa bentuk yang di India disebut dengan sunya (kosong,
hampa).Hingga kini, angka nol memiliki makna yang sangat khas dan memudahkan
seseorang dalam berhitung. Namun, ada kalanya keberadaan angka nol ini dapat
menimbulkan kekacauan logika.
Misalnya:
”Jika suatu bilangan dibagi dengan nol, hasilnya tidak dapat didefinisikan.
Bahkan, komputer sekalipun akan mati mendadak jika tiba-tiba bertemu dengan
pembagi angka nol,” jelas Sampayya.Komputer diperintahkan berhenti berpikir
bila bertemu dengan sang divisor nol. Hasil yang tertera pada komputer angka
menunjukkan #DIV/0!.
Selain angka-angka umum
(1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0), ternyata masih ada jenis angka lain yang digunakan
manusia hingga saat ini. yaitu :
1
1. Angka
Arab
Angka
Arab adalah sebutan untuk sepuluh buah digit (yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9). Angka-angka adalah keturunan dari angka India dan sistem angka Hindu-Arab
yang dikembangkan oleh matematikawan India, yang membaca urutan angka seperti
“975″ sebagai satu bilangan yang utuh. Angka India kemudian diadopsi oleh matematikawan
Persia di India, dan diteruskan lebih lanjut kepada orang-orang Arab di sebelah
barat. Bentuk angka-angka itu dimodifikasi di saat mereka diteruskan, dan
mencapai bentuk Eropanya (bentuk yang sekarang) pada saat mencapai Afrika
Utara. Dari sana, penggunaan mereka menyebar ke Eropa pada Abad Pertengahan.
Penggunaan Angka Arab tersebar ke seluruh dunia melalui perdagangan, buku dan
kolonialisme Eropa. Saat ini, Angka Arab adalah simbol representasi angka yang
paling umum digunakan di dunia.
Sesuai dengan sejarah mereka,
angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka
Hindu-Arab. Alasan merek lebih dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan
Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad kesepuluh melalui
bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut
masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko.
Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama “Angka
Hindu”, yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini tidak
boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-orang Arab di
Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩), yang disebut dengan nama lain Angka Arab
Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India
(misalnya angka Dewanagari: ०.१.२.३.४.५.६.७.८.९).
Dalam bahasa Inggris, dengan
demikian istilah Angka Arab dapat menjadi bermakna ganda. Ia paling sering
digunakan untuk merujuk pada sistem bilangan digunakan secara luas di Eropa dan
Amerika. Dalam hal ini, Angka Arab adalah nama konvensional untuk seluruh
keluarga sistem angka Arab dan India. Kemungkinan lainnya ialah ia dimaksudkan
untuk angka-angka yang digunakan oleh orang Arab, dalam hal ini umumnya mengacu
pada Angka Arab Timur.
2. Angka
Romawi
Dahulu
Kala angka Romawi Itu mengikuti sejarah Roma kuno diri dari
tahap awal di Palatine Hill Latin di BC abad ke-8 dan 9 untuk jatuh dalam abad
ke-2 Masehi dari perang sipil, wabah, apatis sipil dan munculnya Kristen dan
kekuatan Eropa Utara.
“Kekaisaran Romawi telah awal
inspiratif, rajin dan intelektual. Kaisar Domitianus, Aristoteles, Aristarkhus,
Eratosthenes, Euclid dan Archamedes membantu membangun Roma menjadi sebuah
kekuatan kuno, mengembangkan keterampilan intelektual dan matematika canggih
untuk membangun Colosseum, Arch, Pantheon, Romawi Konstantinus Baths dan
masyarakat sipil. Namun, sistem nomor mereka cacat, tidak punya nol (0), dan
tidak ada metode tunggal untuk menghitung di atas beberapa ribu unit, (garis
sering diletakkan di atas angka untuk menunjukkan kelipatan nilai mereka). “
Angka Romawi digunakan untuk
mencatat nomor dalam batu, seni dan koin. Namun, hari ini mereka digunakan
untuk daftar item, judul bab, tanggal hak cipta dan untuk menandai sekuel film
seperti film-film Star Wars.
Angka Romawi juga digunakan pada
wajah jam dan arloji. Jika Anda telah melihat jam dengan angka Romawi, Anda
mungkin telah menyadari bahwa nomor empat ditulis sebagai IIII bukan IV, hal
ini karena menambah simetri ke wajah jam – walaupun saya tidak benar-benar
berpikir itu menambah simetri sama sekali. Angka yang sering digunakan untuk
menunjukkan waktu pada sundials juga.
3. Angka
Mesir (3000-1600 SM)
Di
Mesir, sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi, bukti sejarah yang
ditemukanmenyebutkan bahwa satu disimbolkan sebagai garis vertikal, sedangkan
10 diwakilkan oleh lambang. Orang mesir menulis dari kanan ke
kiri, jadi bilangan dua puluh tiga disimbolkanmenjadi
|||^^
. Bila anda sulit mengartikannya
menjadi 23, bandingkanlah dengan angkaromawi XXIII. Angka romawi tersebut pada
dasarnya adalah sistem Mesir, diadaptasi olehRoma dan sampai sekarang masih
kita gunakan setelah kemunculan pertamanya yaitu lebihdari 5000 tahun yang
lalu.Para juru tulis firaun (yang hartanya sangat sulit untuk dihitung)
menggunakan suatu sistem untuk menghitung angka-angka besar. Memang sulit
digunakan, tapi tidak diragukanlagi itu yang mereka pakai. Membaca versi
tertulis dari angka-angka besar mesir sama sepertimenghitung total nilai dari
koin-koin judi di Las Vegas. Orang-orang mesir kuno meletakanangka yang besar
di kanan, dan yang kecil di kiri. Jadi, untuk keperluan demonstrasi,
bayangkanlah koin A bernilai 100.000, koin B bernilai 10.000, koin C bernilai
1.000, koin D bernilai 100, koin E bernilai 10, dan koin F bernilai 1. dengan
nilai-nilai itu, angka Mesir FEEEDDDDDDCCCCBBBAA bisa mewakilkan angka 234.641.
Dan angka-angka besar seperti ini berperan dalam dokumen yang mendeskripsikan
harta-harta milikfiraun. SimbolMesir untuk angka besar seperti 100.000, adalah
suatu simbol yang seperti burung, tetapiangka-angka yang lebih kecil
dilambangkan dengan garis lurus dan melengkung.
4. Angka
Babylonia (1750 SM)
Orang-orang
Babylonia, menggunakan sistem bilangan berbasis 60. Sistem ini benar- benar
sulit digunakan, karenasecara logika seharusnyamembutuhkan 59 simbol yang
berbeda (sama seperti sistemdesimal berbasis 10 saat inimempunyai simbol yang
berbedasampai 9). Sebaliknya, angka di bawah 60 dilambangkan
dengankelompok-kelompok sepuluh.
Yang menyebabkan bentuk tertulisnya
sangan aneh jika dibandingkan dengan composisiaritmatika manapun.Melalui
keunggulan orang Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis
60 mereka masih ada sampai sekarang pada 60 detik dalam satu menit, dan pada
pengukuran sudut, 180 derajat pada jumlah sudut segitiga dan 360 derajat pada
sudut satulingkaran. Dan jauh setelah itu, saat waktu bisa diukur dengan
akurat, sistem yang sama jugadigunakan dalam 60 menit dalam 1 jam.Orang
Babylonia mengambil langkah crusial menuju suatu sistem perhitungan yanglebih
efektif. Mereka memperkenalkan konsep nilai tempat, yaitu angka yang sama
bisamempunyai nilai yang berbeda tergantung letak angka pada urutan. Untuk
lebih jelas, kitaambil contoh angka 222. Pada angka tersebut terdapat tiga
angka 2 yang mempunyai nilaiyang berbeda-beda, yaitu 200, 20, dan 2. Tapi
konsep ini baru dan merupakan langkah yangsangat berani bagi orang Babylonia.
Untuk mereka, dengan sistem perhitungan berbasis 60,sistem nilai tempat lebih
sulit untuk digunakan. Untuk mereka angka simpel seperti 222mempunyai nilai
7322 bila menggunakan sistem hitung berbasis 10 yang kita gunakan (2 x60
kuadrat + 2 x 60 + 2)Sistem nilai tempat membutuhkan suatu tanda yang bermakna
”kosong”, untuk saat-saat dimana jumlah nilai pada satu kolom sama dengan
kelipatan 60. Dari sinilah awal mulaangka 0. Meskipun bilangan nol itu sendiri
belum ada, dan angka 0 tidak mempunyai nilainumerik tersendiri.
5. Angka
suku Maya
Suku maya, sama seperti suku Aztec,
menggunakan sistem bilangan berbasis 20.Seperti orang babylonia, suku Maya
menggunakan sistem nilai tempat, dan tentu saja, angkanol. Mereka menggunakan 3
set grafik notasi yang berbeda untuk mewakili angka:a) Dengan titik dan garis,
b) Dengan figur antropomorfik, dan c) dengan simbol.
Angka suku Maya Figur di atas
melambangkan angka 0-10 untuk suku Maya.
Sumber : http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/03/10/sejarah-perkembangan-angka-di-dunia-540876.html